PROGRAM PENDIDIKAN
TEKHNIK TERPADU (P2T2)
Cikal-bakal Universitas Al-Zaytun
Percepatan pembangunan fisik Ma'had Al-Zaytun mau tak mau menjadikan hajat
tenaga trampil dan terdidik semakin besar. Tak hanya untuk menempati posisi
manajer proyek di dalam lingkungan Ma'had tapi juga untuk persebaran Ma'had
Al-Zaytun di seluruh Indonesia. Untuk menjawab itu mulai 1 Juli 2002
mendatang, sebuah program bernama Program Pendidikan Teknik Terpadu (P2T2)
akan dimulakan.
Dibukanya
program ini bersamaan dengan program peningkatan kualifikasi dan pasca
sarjana di bidang pendidikan yang bekerjasama dengan Universitas Pendidikan
Indonesia. Program Pendidikan Teknik Terpadu ini merupakan embrio dari
Fakultas Teknik Universitas Al-Zaytun. Dalam proposal P2T2 disebutkan latar
belakang pembentukan program ini. Tertulis bahwa Ma'had Al-Zaytun sebagai
institusi petididikan ummat sesuai dengan motto "Ma'had Al-Zaytun Pusat
Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi Serta Pengembangan Budaya
Perdamaian" menjadikan segala aktivitasnya selalu memasukkan unsur
pendidikan baik formal maupun informal. Begitupula akitivitas pembangunan
yang sedang dilaksanakannya.
Logika berfikir pembukaan P2T2 ini sederhana saja - selain dari kalimat
pertama pada tulisan ini. Menurut data Bagian Personalia Tanmiyah Al-Zaytun,
jumiah karyawan Ma'had Al-Zaytun berjumiah 3.000 orang. Tiga puluh lima
persen di antaranya merupakan lulusan SLTA (atau setaraf). Ada juga yang
belum sempat menyelesaikan pendidikan mereka di perguruan tinggi. Di sisi
lain, banyak di antara mereka yang telah tahunan mengabdikan diri di Ma'had
ini sebagai tenaga pembangunan. Pengalaman tahunan itu telah menimbun
pengalaman teknis dan lapangan dalam berbagai macam proyek pembangunan.
Pengalaman itu akan lebih sempurna jika didukung oleh pemahaman teoritis
sesuai dengan disiplin ilmu teknik yang terus berkembang.
Untuk menyusun konsep penyelenggaraan P2T2 telah dibentuk tim yang diketuai
Ir. Djamal Abdat. Tim ini pula yang nanti akan menjadi dosen P2T2 ditambah
beberapa guru dari berbagai macam disiplin ilmu. Tim yaiig terdiri dari
seluruh insinyur pembangunan dan ditambah beberapa guru ini, sejak
pembentukannya hingga pekan terakhir Desember 2001 telah melakukan sepuluh
kali pertemuan untuk membahas konsep P2T2. Hasilnya 90% proposal program
itu telah diselesaikan. Proposal berisikan konsep dasar dan kurikulum yang
akan diberikan. Di dalam proposal itu dibicarakan konsep, pendidikan,
kurikulum dan silabus mata kuliah serta prasarana pendukungnya.
Program studi yang ditempuh
sebesar 76 SKS yang dibagi dalam 4 semester. Satu SKS ekuivalen dengan 60
menit tatap muka dengan dosen dan 2 x 60 menit praktik di lapangan atau
laboratorium. Serta I x 60 menit kegiatan belajar mandiri terprogram. Jadi,
pendidikan ini setingkat dengan strata Diploma 2 (D-2). Namun demikian
menurut Ir. Asrur Rifa dan Ir. Bambang Abdul Syukur. yang ikut membidani
program ini, konsepnya berbeda dengan program teknik D-2 ying
diselenggarakan oleh berbagai perguruan tinggi. Dari segi kurikulum,
kurikulum P2T2 disusun berdasarkan hajat pemahaman teknik seorang manajer
lapangan yang bisa menguasai keseluruhan tahapan suatu proyek pembangunan.
"Seorang manajer lapangan yang memiliki gambaran utuh mengenai suatu
bangunan yang di dalamnya memang minimal ada empat disiplin ilmu mekanikal,
elektrik, sipil dan arsitektur tadi," kata Ir. Asrur Rifai.
Pendidikan teknik arsitektur tilisalnva yang umumnya lebih mengkhususkan
diri pada disain bangunannya tapi melupaikan kelengkapannya, seperti
mekanikal, elektrikal, dan sistem sipiI yang ada di dalamnya sehingga tidak
dipahami secara detail oleh para arsitek pada umumnya. "Inilah bedanya
dengan P2T2 yang akan kita bentuk sendiri. Jadi diharapkan bukan hanya jadi
seorang arsitek yang memahami sipil, mekanikal dan elektrikal secara umum
tapi memiliki pemahaman yang terpadu dan pemahaman dasar yang cukup detail
dari empat bidang keilmuan tadi," ujar insinyur yang alumnus Teknik
Arsitektur ITB ini. Dengan demikiad, arsitek yang dihasilkan akan mampu
mengakomodir semua aspek. Mereka pun akan lebih mampu memenej
pembangunannya. Dampaknya, perencanaan akan lebih singkat dan matang.
Peserta program pendidikan ini pada tahap awal merupakan karyawan Ma'had
dengan latar belakang pendidikan minimal lulusan SLTA, dari berbagai
jurusan. Untuk gelombang pertama akan diterima 50 karyawan yang lulus
seleksi. Selanjutnya diterima mahasiswa baru padai setiap semestemya.
Walaupun berstatus sebagai mahasiswa P2T2, mereka tetap menjalankan tugas
membangun. Hanya saja medan pekerjaan yang dihadapi disesuaikan dengan
materi kuliah yang sedang diberikan. Jika sedang mendalami teknik pondasi
maka ditugaskan pada sektor yang sedang melakukan pengerjaan pondasi. Begitu
seterusnya secara terprogram dilakukan.
Selain untuk memenuhi hajat intem, terbuka kemungkinan jika ada perusahaan
atau lembaga yeng berminat menampung alumni P2T2 AI-Zaytun. Dari
sana diharapkan dunia luar akan bisa
menilai kualitas dan keunggulan yang ditawarkan P2T2. KeungguIan-keunggulan
itulah yang akan menarik mereka untuk masuk ke P2T2 atau Fakultas Teknik
Universitas Al-Zaytun. Jadi program ini akan membuka kesempatan mahasiswa
nonkaryawan. Hanya saja konsep untuk itu belum dibakukan. Program
pendidikan ini tidak full beasiswa. Pada prinsipnya mahasiswa tetap
membiayai pendidikannya. Namun bagi karyawan diberikan apresiasi dalam
bentuk pinjaman tanpa bunga yang keseluruhannya dituangkan dalam bentuk
perjanjian. Alasannya, "jika free nanti mereka kurang serius,” kata
Ir. Asrur Rifa'. Beberapa karyawan yang ditemui Al Zaytun menyambut
baik program ini. Bagi mereka inilah kesempatan untuk lebih mengembangkan
profesionalitas dan karir mereka di Ma'had. Mereka sangat berharap dapat
menjadi karyawan terpilih untuk bisa menjadi mahasiswa P2T2.
(Al-Zaytun edisi 20 -2001) |